zsnr95ICNj2jnPcreqY9KBInEVewSAnK0XjnluSi

Fenomena Dilan

"Kamu cantik, tapi aku belum mencintaimu. Engga tau kalau sore. Tunggu aja." Lalu seisi bioskop tersenyum geli. Yang punya pacar memukul-mukul pundak pacarnya. Yang bareng teman saling geli bareng. Yang sendiri, liat orang yang juga sendiri, geli bareng-bareng.

Dilan 1990 adalah sebuah fenomena baru yang menggemparkan kalangan warganet. Gue sebagai pembaca Dilan, merasa bangga menjadi salah satu dari generasi Dilan ini. Gue melihat isi explore IG berhamburan orang memakai jaket jeans, lalu menaiki motor klasik, dengan caption dialog epik dari novel Dilan. Dalam hati gue, gila norak abis. Ngga tau kenapa, gue juga ikutan.

Fenomena ini menurut gue sangat menjanjikan bagi pasar perfilm-an. Mengingat film di Indonesia akhir-akhir ini sedang naik. Dilan 1990 menjadi pembuka film Indonesia pertama yang mencapai angka penonton satu juta.

Hari-hari awal mulainya film Dilan 1990 menambah maraknya foto jaket jeans dengan motor klasik. Sebagai pelengkap, kadang-kadang mereka mematikan warna fotonya menjadi hitam putih biar terkesan jadul. Inilah yang membuat gue diambang resah dan bimbang. Antara mau mengikuti, atau tidak.

Soalnya, gue cukup interest sama tokoh Dilan ini, dari buku. Tapi disisi yang lain, memparodikan pose dari Dilan ini sudah cukup pasaran. Untungnya, ada teknologi yang namanya snapgram. Gue upload foto yang gue pose naik motor klasik, tapi klasiknya yang klasik banget. Waktu itu gue di Jatim Park, Malang, sedang Study Tour.

Baca juga: Fenomena Dilan Berlanjut.

Dan dari statistik jumlah penayangan cukup menjanjikan. Apalagi banyak respon yang gue terima. Gue cukup percaya diri untuk upload, dan beberapa hari kemudian, gue upload foto itu.

Responnya?


Efeknya?

Jelas sudah, di kelas, gue kalo di cengin sama teman dengan julukan sebagai Dilan. Mungkin terdengar keren, tapi sama teman gue dibawanya jadi bahan gangguan. Sebagai orang yang merasa badboy, gue cukup menerima.

Di kelas, gue ada perkumpulan lelaki sepermainan. Gue tidak akan menyebut ini geng, biarlah ini hanya jadi perkumpulan untuk main-main saja. Jadi, diantara kami, dan beberapa film dan sinetron, kami punya beberapa julukan. Dan gue terutama, gara-gara caption dan foto gue itu, gue jadi dicengin Dilan. Teman-teman gue ada yang dicengin Nathan, Hema, Digo, dan beberapa julukan lain yang kalau diluar, kami akan dipermaluin dengan nama panggilan itu.

Kembali lagi ke fenomena itu sendiri, bukan cuman kelompok sepermainan kami saja yang menganggu. Para cewek-cewek di kelas yang sudah tau nama masing-masing julukan kami, ikutan menganggu. Risih? Ngga. Tapi kalau diluar, saat dikeramaian, dengan lantang biasa mereka memanggil nama gue dengan "Dilan"

Dalam hati,"Yang kalian lakuin ke gue itu.. jahat."

Membahas film Dilan. Dari dilansirnya bahwa Dilan 1990 akan difilmkan, para penggemar novel Dilan bertanya-tanya, siapakah yang akan menjadi Dilan. Karena bagi mereka, terutama gue, sosok Dilan harus benar-benar cocok. Karena jiwa dari cerita ada pada karakter Dilan itu sendiri.

Beberapa ada yang mewanti-wanti Jefri Nichol sebagai pemeran Dilan, ada juga Adipati Dolken, dan beberapa teman gue yang mendukung dengan nada ejekan mendorong saya sebagai pemeran Dilan. Diluar dari dugaan dan antisipasi penggemar novel Dilan, Iqbaal terpilih yang akan menghidupkan karakter Dilan dalam sebuah film.

Kesan pertama gue saat tahu bahwa Iqbaal yang akan memeranan Dilan sama dengan para netizen, kecewa. Ditambah lagi kata orang-orang, isi trailernya hanya merangkum quote-quote andalan dari buku. Gue juga merasa begitu. Ilusi netizen memang sungguh luar biasa.

Sampai akhirnya, pada malam Minggu, bersama teman-teman lorong, kami nonton film Dilan ini dengan masuk dengan terlambat. Gue duduk, dan mencoba menyaksikan film. Gue tidak akan membahas cerita, jadi gue akan mengutarakan kesan gue terhadap film itu.

Jadi, gue cuma mau bilang congratz untuk ayah Pidi Baiq dan Iqbaal. Ekspektasi gue langsung terbantah oleh akting Iqbaal yang cukup tulus. Gue sangat kecewa dengan gue sendiri yang terlalu cepat mengambil kesimpulan. Apalagi ada yang bilang Dilan adalah Rangga pada jaman ini.

Gue liat-liat lagi, gimana kalau Jefri Nichol atau Adipati Dolken yang jadi Dilan. Gue ngga tahu apakah kharisma-nya akan bisa sehebat Iqbaal. Kalo gue,.. jangan ditanya.

Untuk film Dilan 1990 ini gue cukup suka, dan bertahan untuk jangan sampai jatuh cinta kembali. Setelah patah hati di novelnya, gue cukup yakin akan banyak hati yang patah pada sekuel Dilan 1990 ini. Gue sendiri, yang sudah tahu, tidak akan menunggu saat patah hati itu tiba, tapi menikmati, sampai akhirnya apa yang diharapkan dan yang dibutuhkan dicapai oleh setiap orang.

P.S:
Jadi,.. Ehm..

Related Posts

13 comments

  1. Nggak cuma media sosial instagram, facebook tapi di blog juga ramai bahas tentang Dilan ya. Baik parodinya ataupun yang lainnya. Dan aku rasa seru ya waktu di kelas di panggil Dilan..he

    Jadi kangen akan suasana kelas jadinya..haha
    Aku sendiri cukup tahu nih dari postingan ini, tapi tetap penasaran sama filmnya, bahkan bukunya juga belum sempet baca. Makin penasaran lagi. Tetep sih kalau nggak lihat langsung film akan beda ya..he

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seru yah? :(

      Bagus, silahkan dibaca dan ditonton. Mumpung masih ada di Pawagam~

      Delete
  2. Ini kok kita samaan ya? Lagi bahas Dilan sama-sama.

    Memang dari pertama, gue ngira pemerannya adalah aktor anak muda sekarang kayak: Jefri Nichol, atau Adipati. Kira-kira pemilihan karakter Dilan ini melewati setahun lebih dan ternyata yang meranin Dilan adalah Iqbal, jadi ngerasa kecewa. Tapi, karena semua temen gue bilang kalo Iqbal-nya jago meranin Dilan, karena itu gue berencana nonton film ini. Semoga diluar ekspektasi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jangan2,..

      Jangan pake ekspektasi, biar enak pas nonton. Sesungguhnya ekspektasi hanya merusak imajinasi~

      Delete
  3. Lagi booming film dilan, dan gue belum nonton filmnya. Merasa kalo gue jauh lebih suka baca novelnya daripada nonton film. Baca novelnya lebih nikmat, gatau deh kao gue udah liat filmnya.

    Untung aja ya tokoh Dilan ini hanya fiksi, kalo beneran real ada cewek cewek di dunia akan kecantol nih dengan bang Dilan.

    Eh tapi katanya tokoh Milea asli udah terpapar ke medial sosial ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama2 bagus. Yang ga suka baca, tonton filmnya juga sudah mewakili.

      Hmm.. Jangan bilang2 kalo saya itu "Dilan asli"..

      Delete
  4. Oke, yes saya baca buku dilan series, tapi no saya ga nonton movienya, kecuali yg meranin dilannya rahul (ga, sy ga jahat kok). Yang bikin menarik review ini bukan kualitas movie dilannya, tapi karena mutu bahasanya rahul. Ok fix, mnurut saya rahul harus tetap nulis sampe jenggotannya ubanan. 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yah, boleh juga, mungkin ga 4 juta penonton.

      Hehehe, terima kasih, senang bisa datang ke Bumi untuk menyenangkan orang lain.

      Delete
  5. Hihihi, banyak banget yang bahas Dilan. Ini pembahasan entah ke berapa tentang Dilan yang saya baca dari mana-mana.
    Sebagai generasi yang pernah ngerasaian masa remaja di tahun '90-an (yah, meski saat tahun 1990 lagi vakum sekolah saat anak lain dah 3 SMP. NAmun tahu gimana kerennya anak SMU tahun itu. Sampai saya jadi fans cowok seragam putih-abu kayak Lupus dan Balada Si Roy. Hehe, gak nyambung?
    BTW, karena kuper gak tahu tampang para aktor-artis zaman sekarang (gak punya TV), gak bisa komen soal film. Buku saja lom punya. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya cuma bahas perspektif fenomenanya.


      Nyambung, kok. Kakak mah apa aja nyambung.

      Waduh, di Planet mana tuh kak? Ke Bumi aja, udah ada, nih~

      Delete
  6. Jangan berat, rindu. Percaya diri itu hanya untuk orang yang gak cemburu. --> baru saja menistakan quotes dilan. Gue.. udah tau lama bukunya, belum pernah baca dan belum pernah nonton tapi dari beberapa quotes yang booming gue tau kalau dilan adalah sesuatu yang berkualitas.

    ReplyDelete
  7. Eh kok gue gak rela lu jadi Dilan ya. Hahahah. Merusak imajinasi.Hahah.

    Walaupun perannya Iqbal bagus bangeeet jadi Dilan, gue sebagai pembaca Dilan tetap punya bayangan tersendiri soal sosok Dilan. Penggambarannya Dilan Sebagai Iqbal ya gue anggap hanya di film doang. Buku dan Film media yang berbeda, imajinasi di film adalah imajinasi sang sutradara yang sampai ke kita, imajinasi dalam buku adalah imajinasi kita. Tsaahhh

    ReplyDelete
  8. wkwkw mabok dilan saya... apa2 dilan, tapi jujur euy sampai sekarang belum nonton film dilan, soalnya belum sempet2 dapat waktu, untung masnya ga spoiler macem2 disini haha

    ReplyDelete
Terimakasih sudah membaca. Sila berkomentar terkait tulisan ini.